Kata Jiwa

dingin malam yang menyelubungi
hening sayu dalam hati
berbicara bersendirian ku rasa resah
selama dibuai rindu
pada cinta yang kelabu terpendam di dalam khayalan
kan ku leraikan impian indah
kepadanya ku berserah mungkin tak daya
melawan cinta yang sama
dingin lagi malam ku
kedengaran unggas rimba memecah sepi ketika ini
ku bersendirian lagi

perlukah aku tawan cinta yang sama
dinginnya getaran asmara
sentuhan mula bermakna ku tak bisa juarai
jiwa yang ku tak punyai
dinginnya bila kau berkata
kau tiada ruang untuk ku memori ku genggamilah
biarkan aku beralah
walau apa pun yang terjadi ku pasrah
ku beralah lagi
ku tahu siapa diriku ini bukan intan tapi
kaca kilauan menipu diri
dalam hatiku tiada dendam
walaupu impian semalam
masih mekar dalam ingatan
bak ros merah di pagi hari
bersama embun sesegar pagi
pasrah ku tak mampu menanggung lagi
menawan cinta yang sama
maafkan aku
ku tiada kekuatan seperti mu
bisakah yang terpadam dinyalakan semula
bisakah aku yang hina ini di cinta
walau ku himpunkan sesalanku
bisakah terbuka kalbu
bisakah aku yang kau benci ini disayangi
bisakah yang dusta dimaafi
ingin ku merayu pada kasih yang dulu
pulang padaku lupakan dosaku
tenangkan amarahmu yang lalu
setelah sekian waktu
mentari muncul dengan bibik senyuman yang pertama
embun-embun yang sejak tadi
kini hilang entah kemana
bermula detik baru
hari ini azamku yang baru
tak mungkin ku jadikan kelabu
menepis tak tahan sinis
yang panas ku jadikan membeku
cinta ku rasa tak pernah membunuh
tak pernah mengganggu kamu
bahagia aku kemudi selalu
biar ku menuju jalan tak berliku
biarkan cemburu berkubur asalkan tak cemari hidupku
biarkan ku senyum selalu
tandanya ku tiada seteru
hari-hari berlalu pergi
kenangan takkan terusik lagi
simpan dilubuk hati menjadi gambar mati
lembaran baru
hari esok tak siapa tahu
barangkali merubah nasib mu
wajah tulus cahaya hati kamu yang telus
hari-hari berlalu tidak menunggu
sia-sia umurmu termalu terpaku
mungkin jua
engkau bukanlah segalanya
bukan tempat untuk aku berhenti
sesudah semuanya berlalu
biarlah hujan menghapuskan jejakmu
terus melangkah melupakan
dalam fikiran kau membuatku ragu
tak mungkin tetap bertahan
masihkan ku punya bicara
satu per satu teman ada disekelilingmu
satu per satu lah jua tinggalkan dirimu
cumalah aku sahaja yang masih lagi bertahan
memendam rasa
hari demi hari sudah sampai ke hujungnya
engkau pun mula beralih ke utara selatan timur dan barat
tapi bukan disini
kata-kata manis tiada lagi ku dengar
hidupku pula makin tawar
bak tiada tebu di tepi bibir
tiap bicara yang kau lontarkan semanis hempedu
bagaikan selumbar bisa
kau tanamkannya dijiwa tak terlihat oleh pandangan matamu
bicara manis lagi
memujuk merayuku
tak usah berlalu dan merajuk bawa hati pilu
andai sudah tiba masa
biarlah kita berpisah dari merana
hingga sampai nanti bukanlah untuk dipandang
cukuplah sekadar jadi kenangan waktu bersama
berbicara buat kali terakhir
seandainya engkau lebih kenal akan diriku
maka aku akan tersenyum manis untukmu
agar engkau lebih tahu aku sentiasa mengingatmu
andai esok nafasku terhenti
ingatlah detik terakhir diri ini
andai esok nadi mati
maafkanlah kesalahan diri ini
hanya satu perlu kau tahu
aku bahagia mengenali dirimu